Biologi
Kehidupan Ikan Tuna
A. Klasifikasi Ikan Tuna
Phylum
: Chordata
Sub
phylum : Vertebrata
Classis
: Teleostei
Sub
Classis :
Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Sub Ordo
: Scombroidae
Genus
: Thunnus
Species
: Thunnus
alalunga (Pacific Albacore)
Thunnus
albacores (Yellowfin Tuna)
Thunnus
macoyii (Southern Bluefin Tuna)
Thunnus obesus (Big Eye Tuna)
Thunnus
tongkol (Longtail Tuna)
B. Ciri – Ciri Umum Ikan
Tuna
Ikan tuna merupakan keluarga Scombroidae,
tubuhnya seperti cerutu, memiliki dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya
terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari – jari sirip tambahan (finlet) di
belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas,
sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari – jari
penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik –
sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya,
sebagian memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran
berwarna gelap.
Ikan tuna merupakan jenis ikan perenang cepat
dan selalu bergerombol bersama ikan sejenisnya. Jenis ikan ini senang melakukan
perjalanan jauh secara bersama – sama, misalnya ribuan ikan tuna sirip biru
selatan (southern blue fin tuna) bisa berpindah dari Samudera Hindia ke sebelah
barat Benua Australia hingga Samudera Selatan dekat Kutub. Jarak ribuan
kilometer itu ditempuh dengan kecepatan tinggi sehingga jenis ikan pelagis ini
tergolong sulit ditangkap.
C. Macam – Macam Ikan Tuna
1. Thunnus alalunga (Pacific Albacore)
Ikan albacore tuna di laut utara pasifik, ikan ini suka hidup pada kisaran suhu
18.5 – 21.5 oC, dan tingkat klorofil-a 0.3 mg/m3. Memiliki beberapa
nama seperti Pasifik albacore, tombo dan “tuna putih”, tersebar luas pada
perairan hangat dunia di utara Pasifik dan Kepulauan Hawaii. Mereka mempunyai
daging yang agak kemerahan, namun sebagian besar dagingnya berwarna agak putih
seperti susu semisal ayam saat dimasak. Umumnya ikan ini dimanfaatkan untuk
ikan kaleng tuna putih. Akhir-akhir ini ukuran tuna yang tertangkap lebih
kecil, dan ditangkap pada pasang tinggi, pada suhu perairan dingin. Daging tuna
ini dijual di restoran-restoran sushi Jepang dan dikenal dengan nama bintoro.
2. Thunnus albacores (Yellowfin Tuna)
Ciri - ciri fisik, tubuh yang berukuran besar, berbentuk fusiform (torpedo),
sedikit kompres dari sisi ke sisi. Jari-jari insang 26-34 pada lengkuangan pertama.
Memiliki dua sirip dorsal/punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah
oleh celah yang kecil dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan
(finlet) 8-10 finlet dibelakang sirip punggung dan sirip anal 7-10 finlets.
Memiliki sisip pelvik yang kecil. Pada spesimen yang berukuran besar memiliki
sirip dorsal kedua dan sirip anal yang sangat panjang, mencapai lebih dari 20%
panjang cagak; sirip pektoralnya cukup panjang, biasanya lebih dari panjang
sirip dorsal kedua biasanya 22-31% dari panjang fork. Sirip ekor bercagak agak
ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Sirip
ekornya berbentuk sangat ramping dan terdiri dari 3 keel. Tubuhnya tertutup
oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas
tubuhnya. Sisik berukuran besar kadang berkembang namun jarang nampak. Tanda
sisik yang berukuran besar membentuk semacam lingkaran disekeliling tubuh pada
bagian belakang kepala, dan kemudian berkurang di bagian belakang sirip dorsal
kedua. Ikan ekor kuning berwarna biru tua gelap pada sisi belakang dan diatas
tubuhnya dengan perut kuning atau silver. Sirip dorsal, sirip anal dan
jari-jari sirip tambahan berwarna kuning menyala. Memiliki permukaan ventral
hati yang cukup halus. Ikan ekor kuning matanya kecil dan memiliki gigi
berbentuk kerucut. Kantung renang terdapat pada jenis tuna
ini.
Ikan ekor kuning adalah anggota dari albacore, bonito, makarel, dan tuna.
Jenis-jenis ikan tuna agak susah untuk dibedakan spesiesnya. Blackeye,
blackfin, albacore, dan ekor kuning memiliki bentuk yang mirip dan sering
ditangkap bersama-sama. Karakteristik yang membedakan ikan ekor kuning dari
spesies yang lain adalah sirip anal dan dorsal yang memanjang pada ukuran ikan
yang besar. Ikan ekor kuning merupakan ikan kedua terbesar dari spesies tuna
yang ada. Ikan ekor kuning dapat mencapai total panjang 2,80 meter dan berat
maksimum 400 kg sehingga sangat populer. Umumnya memiliki panjang cagak 150 cm.
Rata-rata umur ikan adalah 8 tahun. Tuna termasuk perenang cepat dengan
kecepatan mencapai 80 km/jam dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka
tulang. Mereka mampu membengkokan siripnya lalu meluruskan tubuhnya untuk
berenang cepat. Ikan ini memakan ikan kecil, krustacea, pelagik dan epipelagik
moluska. Ikan ekor kuning adalah makanan laut di seluruh dunia dan ancaman
overfishing. Ikan ini enak untuk dimakan. Ikan ekor kuning merupakan ikan
komersial terpenting kedua dari beberapa jenis tuna. Kapasitas maksimum isi
perut pada ikan ekor kuning dapat mencapai 7% dari berat tubuhnya. Ikan tuna
setiap harinya dapat mencerna makanannya 15% dari berat tubuhnya. Ikan tuna
yang mendiami daerah pantai biasanya memakan gerombolan ikan hidup (anchovies,
sardines). Ikan ekor kuning yang dewasa dapat bersifat kanibal.
3. Thunnus macoyii (Southern Bluefin Tuna)
Ikan ini menghabiskan
sebagian besar waktu hidupnya untuk bermigrasi antara dalamnya lautan Pasifik
dan wilayah perairan air hangat laut mediteranian dimana ia meletakkan
telurnya: itulah red tuna Mediteranian (Thunnus thynnus).
Penghuni lautan ini merupakan famili dari Scombridae, sama seperti longfin
tuna (Thunnus alalunga) dan yellowfin tuna (Thunnus
albacares). Nama red tuna berasal dari karakteristik warna daging,
sementara sirip belakangnya nampak berwarna biru, oleh karenanya disebut bluefin
tuna. Bluefin tuna adalah salah satu bonefish terbesar yang ada; kenyataan,
ukurannya bisa mencapai panjang tiga meter, dan beratnya mencapai hampir 700
kg. Bentuknya yang kerucut dan ramping, dengan struktur otot yang kuat, layak
jika ikan ini memiliki kemampuan luar biasa dalam bermigrasi antar samudera ,
bahkan hingga beberapa mil. Tuna ini mampu menjaga temperatur tubuhnya lebih tinggi
daripada air. Dilaporkan memiliki fenomena endotermis sama seperti mamalia dan
dengan alasan tersebut tuna ini digambarkan mirip mamalia. Meskipun demikian
temperatur tubuh ikan ini tidak konstan, sama seperti pada mamalia, yaitu
bervariasi antara 4 derajat C sampai maksimum 20 derajat C.
Di Jepang dikenal sebagai “Indian tuna”, ikan ini mirip dengan bluefin tuna
hanya sedikit lebih kecil. Yang paling besar dapat mencapai panjan 2 meter dan
berat kurang dari 200 kg. Wilayah sebarannya meliputi belahan dunia selatan
yang bisa ditangkap di wilayah perairan sekitar Australia, Selandia Baru dan
Afrika Selatan. Australia mengekspor sekitar 8000 ton ke jepang. Telah
dibudidayakan di daerah selatan Australia, tepatnya di Port Lincoln. Kualitas
dagingnya mirip dengan bluefin tuna dan seperti halnya bluefin tuna, dagingnya
dimanfaatkan sebagai sushi dan sashimi bernilai tinggi.
4. Thunnus obesus (Big Eye Tuna)
Wilayah sebarannya cukup luas yang tersebar mulai dari daerah tropis hingga ke
daerah beriklim empat kecuali laut mediteranian. Disebut ikan tuna mata
besar sebab memiliki ukuran mata yang besar. Mereka bermigrasi musiman
pada daerah selatan, samudera pasifik ,lautan hindia dan utara , Lautan
Atlantik untuk mencari makanan dan memijah. Ia lebih kecil dari bluefin
tuna. Jumlah hasil tangkapan adalah yang terbanyak dibanding jenis ikan
tuna lainnya. Karena jumlahnya yang banyak, harga ikan ini lebih murah
dibanding bluefin tuna. Ukuran panjang tuna mata besar berkisar antara
20 - 37 inchi dan dapat hidup panjang lebih dari 9 tahun. Mereka
dapat memijah sepanjang tahun dalam gerombolannya dengan menghasilkan telur
pada induk betina berkisar antara 3 - 6 juta telur. Ikan ini biasa
makan pada malam hari dari jenis ikan (mackerel), cumi-cumi, udang yang
ada dipermukaan hingga kedalaman 500 kaki.
5. Thunnus tongkol (Longtail Tuna)
Ikan tongkol masih
tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti cerutu, dengan kulit yang
licin .Sirip dada melengkung, ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan
tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka
tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai
lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam
lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu
ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur
terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet.
Ikan tongkol yang tergolong famili scombroidae, jika dibiarkan pada suhu kamar,
maka segera akan terjadi proses penurunan mutu, menjadi tidak segar lagi dan
jika ikan tongkol ini dikonsumsi akan menimbulkan keracunan. Keracunan ini
disebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen seperti Escherichia coli,
Salmonella, Vibrio cholerae, Enterobacteriacea dan lain-lain. Salah satu
jenis keracunan yang sering terjadi pada ikan tongkol adalah keracunan histamin
(scombroid fish poisoning) karena ikan jenis ini mengandung asam amino
histidin yang dikontaminasi oleh bakteri dengan mengeluarkan enzim histidin
dekarboksilase sehingga menghasilkan histamin. Bakteri ini banyak
terdapat pada anggota tubuh manusia yang tidak higienis, kotoran/tinja, isi
perut ikan serta peralatan yang tidak bersih.
6. Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species Katsuwonus
pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh
berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakes)
berjumlah 53- 63 pada helai pertama. Ikan cakalang mempunyai dua sirip punggung
yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,
jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip ini
berfungsi untuk mengatur pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak
maju. Pengaturan arah dari sirip ini lebih dominan dibandingkan dengan sirip
anal.Terdapat dua sirip dada yang pendek. Sirip dada tidak memiliki fungsi yang
cukup penting dalam pergerakan ikan. Sirip ini biasanya digunakan ikan ketika
bergerak maju ke arah depan secara pelan atau lambat. Ikan cakalang mempunyai
dua sirip perut, dan memiliki ukuran yang pendek. Sirip ini biasanya digunakan
ikan cakalang ketika hendak berhenti sejenak. Sirip ini membantu ikan untuk
bertahan pada posisinya sehingga tidak tenggelam. Sirip anal pada ikan cakalang
diikuti dengan 7-8 finlet. Sirip anal terdapat dibagian bawah tubuh yang
berdekatan dengan sirip kaudal. Ukuran sisip ini menyerupai sirip punggung
kedua. Seperti layaknya sirip dorsal, sirip anal berfungsi untuk mengatur
pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan. Namun pengaruhnya terhadap pengaturan
arah gerekan ikan lebih sedikit daripada sirip punggung. Sirip kaudal terletak
di bagian paling belakang tubuh ikan cukup tebal dibandingkan dengan sirip
lainnya. Bentuknya menyerupai bulan sabit. Fungsi dari sirip ini adalah membantu
ikan bergerak cepat ketika mereka mengejar makanan. Ketika bergerak maju sirip
ini diayunkan ikan ke sisi kiri dan kanan untuk mendorong air ke belakang.
Sirip ini juga mengatur pergerakan ikan ketika mau memutar arah atau membelok
tubuhnya. Sirip ini sangat penting dalam mengatur pergerakan dan kecepatan ikan
bergerak
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) atau Skipjack tuna banyak ditemukan
di perairan Laut Banda dan Laut Flores. Ciri-ciri ikan cakalan ini badan
seperti terpedo gemuk dan padat. Terdapat Sirip tambahan sebanyak 8 buah
dibelakang sirip punggung dan 7 buah dibelakang sirip dubur. Tidak terdapat
sisik kecuali sekitar kepala dan sekitar dada. Warna punggung gelap biru
keungu-unguan sedang bagian bawah keperakan. Panjang dapat mencapai 90 CM dan
biasanya 40 – 60 cm.
D. Pemanfaatan Ikan Tuna
Ikan tuna bagi Indonesia merupakan komoditas
ekspor terbesar kedua setelah udang. Dari nilai ekspor sebesar 2 miliar dollar
AS per tahun, 20 persen disumbang dari ikan tuna. Ekspor tuna total dari
Indonesia mencapai 200.000 ton per tahun.
Ikan tuna banyak digemari dan dikonsumsi
masyarakat karena memiliki banyak kelebihan dan keunggulan. Diantaranya adalah
tekstur daging yang padat, halus dan rasanya enak, juga memiliki nilai gizi
yang cukup tinggi.
Berikut nilai gizi ikan tuna per 100 gram porsi makanan:
Nutrisi
Air, 70.58 g
Energi, 103 kcal
Energi, 431 kj
Protein, 22 g
Total lemak, 1.01 g
Karbohirat, 0 g
Serat, 0 g
Ampas, 1.3 g
Energi, 103 kcal
Energi, 431 kj
Protein, 22 g
Total lemak, 1.01 g
Karbohirat, 0 g
Serat, 0 g
Ampas, 1.3 g
Mineral
Kalsium, Ca, 29 mg
Besi, Fe, 1.25 mg
Magnesium, Mg, 34 mg
Phospor, P, 222 mg
Potassium, K, 407 mg
Sodium, Na, 37 mg
Seng, Zn, 0.82 mg
Tembaga, Cu, 0.086 mg
Mangan, Mn, 0.015 mg
Selenium, Se, 36.5 mg
Besi, Fe, 1.25 mg
Magnesium, Mg, 34 mg
Phospor, P, 222 mg
Potassium, K, 407 mg
Sodium, Na, 37 mg
Seng, Zn, 0.82 mg
Tembaga, Cu, 0.086 mg
Mangan, Mn, 0.015 mg
Selenium, Se, 36.5 mg
Vitamin
Vitamin C, asam
ascorbic, 1 mg
Thiamin, 0.033 mg
Riboflavin, 0.1 mg
Niacin, 15.4 mg
Asam Pantothenic, 0.42 mg
Vitamin B-6, 0.85 mg
Folate, 9 mcg
Vitamin B-12, 1.9 mcg
Vitamin A, 52 IU
Vitamin A, RE, 16 mcg_RE
Thiamin, 0.033 mg
Riboflavin, 0.1 mg
Niacin, 15.4 mg
Asam Pantothenic, 0.42 mg
Vitamin B-6, 0.85 mg
Folate, 9 mcg
Vitamin B-12, 1.9 mcg
Vitamin A, 52 IU
Vitamin A, RE, 16 mcg_RE
Lemak
Asam lemak jenuh,
saturated, 0.328 g
14:0, 0.04 g
16:0, 0.233 g
18:0, 0.055 g
Asam lemak tak jenuh, monounsaturated, 0.19 g
16:1, 0.036 g
18:1, 0.131 g
20:1, 0.017 g
22:1, 0.006 g
Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated, 0.315 g
18:2, 0.016 g
18:4, 0.004 g
20:4, 0.026 g
20:5, 0.071 g
22:5, 0.013 g
22:6, 0.185 g
Kolesterol, 47 mg
14:0, 0.04 g
16:0, 0.233 g
18:0, 0.055 g
Asam lemak tak jenuh, monounsaturated, 0.19 g
16:1, 0.036 g
18:1, 0.131 g
20:1, 0.017 g
22:1, 0.006 g
Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated, 0.315 g
18:2, 0.016 g
18:4, 0.004 g
20:4, 0.026 g
20:5, 0.071 g
22:5, 0.013 g
22:6, 0.185 g
Kolesterol, 47 mg
Asam Amino
Tryptophan, 0.246 g
Threonine, 0.964 g
Isoleucine, 1.014 g
Leucine, 1.788 g
Lysine, 2.02 g
Methionine, 0.651 g
Cystine, 0.236 g
Phenylalanine, 0.859 g
Tyrosine, 0.743 g
Valine, 1.133 g
Arginine, 1.316 g
Histidine, 0.648 g
Alanine, 1.331 g
Asam Aspartic, 2.253 g
Asam Glutamic, 3.284 g
Glycine, 1.056 g
Proline, 0.778 g
Serine, 0.898 g
Threonine, 0.964 g
Isoleucine, 1.014 g
Leucine, 1.788 g
Lysine, 2.02 g
Methionine, 0.651 g
Cystine, 0.236 g
Phenylalanine, 0.859 g
Tyrosine, 0.743 g
Valine, 1.133 g
Arginine, 1.316 g
Histidine, 0.648 g
Alanine, 1.331 g
Asam Aspartic, 2.253 g
Asam Glutamic, 3.284 g
Glycine, 1.056 g
Proline, 0.778 g
Serine, 0.898 g
E. Budidaya Ikan Tuna
Tuna adalah jenis ikan yang senang melanglang
buana. Secara bergerombol, ribuan ikan tuna sirip biru selatan (southern blue
fin tuna), misalnya, bisa berpindah dari Samudera Hindia ke sebelah barat Benua
Australia hingga Samudera Selatan dekat Kutub. Jarak ribuan kilometer itu
ditempuh dengan kecepatan tinggi sehingga jenis ikan pelagis ini tergolong
sulit ditangkap. Untuk menaklukkannya, mereka mengembangkan berbagai jenis alat
tangkap dari yang sederhana hingga modern dengan daya tangkap yang intensif.
Tak heran dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan telah terjadi penurunan
jumlah tangkapan ikan penjelajah itu.
Menurut Sam Simorangkir, Ketua I Asosiasi Tuna
Indonesia, menurunnya hasil tangkapan ikan tuna di dunia telah terlihat sejak
tiga tahun terakhir, yaitu dari produksi 3,9 juta ton pada tahun 1999 menjadi
3,6 juta ton tahun 2002. Selain jumlah, ia pun menyebut adanya kecenderungan penurunan
berat per ekor dalam seperempat abad terakhir ini, yaitu dari 37 kilogram (kg)
rata-rata per ekor pada tahun 1973 menjadi 26 kg pada tahun 1999. Hal tersebut
menunjukkan menurunnya populasi tuna karena penangkapan berlebih dan
berkurangnya ketersediaan serta kualitas sumber pakannya. Populasi tuna di alam
yang terus menurun itu belum juga mendorong upaya pengurangan kegiatan
penangkapannya. Akibatnya, ikan tuna kini terancam populasinya di muka Bumi.
Dalam pertemuan Convention on International Trade in Endangered Species on Wild
Fauna And Flora (CITES) pada tahun 1992, telah dinyatakan bahwa ikan tuna sirip
biru yang banyak ditangkap di Samudera Pasifik merupakan spesies yang nyaris
punah. Melihat kecenderungan itu, Jepang sebagai konsumen terbesar dari semua
jenis ikan tuna menjadi khawatir. Karena itu, bangsa penggemar ikan ini
merintis upaya budidaya tuna sebagai upaya mengurangi eksploitasi ikan tuna di
laut. Mereka mengembangkan teknik budidaya tuna jenis sirip biru utara
(northern blue fin tuna). Dengan keberhasilan itu, Jepang menjadi negara
pertama yang membudidayakan ikan pelagis ini dari mulai tahap pemijahan.
Saat ini, budidaya yang dilakukan masih terbatas
pada upaya pembesaran, yaitu menangkap anak tuna kemudian dibesarkan di jaring
terapung di laut, seperti yang dilakukan Australia. Anak ikan tuna sirip biru
yang beratnya 1 kg hingga 5 kg akan dipelihara hingga 2 tahun untuk mencapai
berat yang layak dipasarkan. Produksi ternak tuna dari negeri kanguru ini
mencapai 7.500 ton tahun lalu. Selain Australia, beberapa negara Mediterania
(seperti Spanyol, Italia, Maroko, Portugis, Malta, Kroasia, dan Turki),
Meksiko, dan Jepang telah melakukan upaya pembesaran ikan tuna. Dari negara
Mediterania dihasilkan 11.300 ton tuna sirip biru, sedangkan Jepang 3.000 ton
tuna jenis yang sama. Namun, untuk membesarkan tuna, masing-masing negara
menerapkan periode pembesaran dan ukuran tuna tangkapan yang berbeda. Jepang
membesarkan tuna mulai dari ukuran 100 gram hingga 500 gram selama dua hingga
tiga tahun, sedangkan kelompok negara Mediterania, tuna dipelihara selama 6
bulan saja, namun berat tuna yang ditangkap dari alam bobotnya 50-200 kg.
Jepang kini telah selangkah lebih maju dengan
melakukan pemijahan. Tidak cukup memijah tuna sirip biru, peneliti tuna dari
Negeri Matahari terbit ini menyeberang ke Benua Amerika, menjalin kerja sama
dengan Panama yang menjadi eksportir tuna terbesar dari Amerika Latin. Program
budidaya tuna jenis albacore di Panama sudah dilakukan delapan tahun lalu.
Budidaya itu kini juga sudah sampai tahap pemijahan hingga pembesaran. Namun,
pembenihan ikan tuna yang dilakukan sejak tahun 1997 hingga saat ini masih
dalam skala laboratorium. Perhatian Jepang kini beralih ke Indonesia sebagai
negara pemasok ikan tuna terbesar ke Jepang. Jepang memang merupakan importir
tuna terbesar dari Indonesia. Pada kurun waktu dari Januari hingga Juni 2002
Jepang mengimpor 31.578 ton tuna dari seluruh dunia, sebanyak 9.455 ton di
antaranya berasal dari Indonesia. Karena itu, Jepang menganggap kerja sama
riset tuna dengan Indonesia merupakan hal penting, seperti yang dikemukakan
Presiden Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) Junji Kawai saat
meresmikan fasilitas riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Balai
Besar Riset Perikanan Budidaya Gondol, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (22/4)
lalu. Riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Gondol, Bali, diharapkan
dapat mengurangi penangkapan ikan tuna di perairan Indonesia. Diketahui,
Indonesia termasuk negara dengan jenis tuna terbanyak. Ada enam jenis ikan tuna
yang dijumpai di perairan Indonesia, yaitu tuna mata besar (big-eye), tuna
sirip biru selatan, tuna sirip kuning (yellow fin tuna), albacore, dan tuna
ekor panjang (longtail).
Riset tuna di Gondol, Bali, diawali dengan
menangkap induk tuna di laut. Saat ini baru tertangkap 5 induk tuna yang telah
dipelihara di bak atau kolam khusus. Kemudian akan dilakukan riset pembiakan
dari telur menjadi gonad. Tahap berikutnya adalah riset pakannya agar
berprotein namun tidak membuatnya gemuk sehingga sesuai dengan pakan alaminya.
Pada tahap terakhir riset yang direncanakan selama tiga tahun ini adalah riset
penyakit dan obatnya. Dalam pelaksanaan budidaya tuna, ada beberapa tingkat
kesulitan, antara lain pada penangkapan induk tuna di alam. Karena kegesitan
gerak ikan ini diperlukan kapal berkecepatan tinggi. Penangkapannya dengan
pancing juga harus diatur agar tidak membuat bakal induk tuna itu mati karena
luka atau kekurangan air selama dalam penyimpanan di kapal. Tuna yang biasa
bergerak lincah ini bila dipelihara di kolam akan mengalami peningkatan pesat
bobot tubuhnya. Tuna sirip kuning yang diteliti beratnya saat ditangkap 4 kg.
Namun, setelah dipelihara selama dua tahun dalam jaring apung di laut bisa
menjadi 80 kg. Namun, bila dipelihara di kolam, ikan ini akan kurang bergerak
sehingga kandungan lemaknya akan naik cepat dari sekitar 0,1 hingga 0,5 persen
berat tubuhnya menjadi 10 hingga 20 persen dalam waktu dua bulan.
Budidaya tuna sebenarnya telah mulai dirintis
lima tahun lalu oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan
mengembangkan sistem jaring apung di laut, seperti yang dilakukan Australia. Di
negara benua ini, tuna berukuran kecil ditangkap dari alam dengan towing cage
kemudian dipindahkan ke sangkar jaring di tepi pantai. Tuna dipelihara sampai
mencapai ukuran ekonomis tertentu, baru dijual. Tujuan dari uji coba budidaya
tuna yang dilakukan di Pulau Seram, Ambon, itu untuk meningkatkan perekonomian
nelayan di Kawasan Timur Indonesia. Diketahui, Indonesia termasuk 10 besar
negara pengekspor tuna, namun tuna Indonesia dihargai rendah karena kualitas
hasil tangkapannya rendah. Sistem penampungan sementara di jaring terapung atau
kolam khusus dekat pantai dapat mengatasi masalah itu. Pada program budidaya
tuna BPPT beberapa tahun lalu, sempat dijalin kerja sama dengan Latoka Mina
Raya untuk melakukan riset bersama dan mengkaji kelayakannya dari berbagai
sudut, termasuk segi ekonomisnya. Dalam hal ini diusulkan kegiatan ini masuk
dalam program Riset Unggulan Kemitraan. Program itu sayangnya berhenti sampai
tahap awal karena kendala pendanaannya. Menurut dia, upaya penangkapan ikan
tuna muda untuk budidaya bisa dilakukan dengan dua tujuan, untuk pembesaran
semata lalu dipasarkan dan mencari induk untuk tujuan pemijahan. Namun,
budidaya untuk tujuan pembesaran di jaring apung ini memerlukan biaya yang
mahal. Apalagi pemeliharaannya di kolam memerlukan sistem sirkulasi dan
pengaturan kondisi lingkungan kolam yang sesuai dengan habitat ikan tuna
tersebut.